
Diakui
atau tidak, peran guru ngaji adalah sebagai ujung tombak atau garda depan dalam
penyebaran misi Islam yang rahmatan lil ’alamin. Bahkan gerakan pembumian Al
Qur’an, atau meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Gus Dur di era 80-an yaitu
pribumisasi Islam, sejatinya tidak terlepas dari upaya gerakan dakwah yang
dilakukan oleh para guru ngaji yang mendidik generasi muda yang berakhlakul
karimah.
Menjadi
keprihatinan kita semua bahwa di tengah pusaran arus globalisasi dan liberalisasi
telah terjadi penetrasi budaya yang mempengaruhi pemikiran para generasi muda
melalui berbagai penjuru. Maka dengan terus meningkatkan dan mengajarkan
nilai-nilai luhur Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. diharapkan mampu menjadi
penangkal masuknya beberapa pemahaman yang bertentangan dengan nilai-nilai dan
norma agama maupun sosial.

Secara
sosiologis, peranan guru ngaji tidak sekedar agent of social change atau social
engenering khususnya dalam pembinaan karakter masyarakat. Namun demikian,
kiprah mereka merupakan alternatif pendidikan keagamaan (nonformal) yang
menjadi solusi atas jawaban terkait kegagalan pendidikan di sekolah formal
dalam memberikan pendidikan karakter kepada siswa akhir-akhir ini.
Sungguh
mulia dan sangat terhormat, tindakan yang dilakukan guru ngaji di
kampung-kampung yang melakukan bimbingan spiritual dan mengajarkan moralitas
ke-Islam-an. Karena dengan jalan tarbiyah semacam itu generasi bangsa bisa
diselamatkan dari ancaman dekadensi moral. Rusaknya moralitas generasi muda
berarti ancaman nyata bagi masa depan sebuah bangsa.
Kebiasaan
guru ngaji yang mengajarkan Al Qur’an dan ilmu-ilmu ke-Islam-an lainnya kepada
para santri tentu didasarkan atas perintah Allah SWT dan Rasul-Nya serta sebagai
tanggung jawab moral sebagai pemangku tradisi yang bertugas membimbing
masyarakat menuju keadaban (mutamaddin). Tindakan mulia tersebut bukan
semata-mata karena bentuk pertanggungjawaban sosial dan atau tuntutan etika
religius seseorang, akan tetapi juga dapat dimaknai sebagai ritus yang secara
otomatis terbentuk oleh proses indoktrinasi tradisi sebelumnya.
Penting
disadari, kehadiran guru ngaji yang mengajarkan Al Qur’an dan pengetahuan
ke-Islam-an lainnya merupakan bagian solusi keumatan yang sangat fundamental.
Mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai Al Qur’an kepada generasi muda bangsa.
Membekali nilainilai dan ajaran Al Qur’an kepada setiap anak Muslim sangatlah
penting, karena dengan begitu, keselarasan jiwa dan prilaku anak mudah
terbentuk sejak awal. Sehingga membentuk pola hidup Islami dan tipikal karakter
yang kuat pada diri anak sejak usia dini. Dengan spirit ini pula spektrum
dakwah terus berjalan dari generasi ke generasi. Loyalitas guru ngaji terbagun
karena mereka punya spirit dakwah yang bersemayam di lubuk sanubari masih terus
menyala.